LENSANESIA.COM – Pernah dengar Jendela Bamboe? Ini salah satu destinasi wisata Konservasi Alam yang berada di dekat Taman Nasional Leuser tepatnya di Dusun Pamah Semelir  Desa Telagah Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat. Di kawasan konservasi ini disajikan pemandangan menakjubkan dari tumbuhan bambu yang membentang disepanjang kaki Bukit Barisan. Tanaman bambu merupakan salah satu tumbuhan endemik yang tumbuh subur di kawasan ini yang memiliki banyak manfaat untuk kehidupan manusia.

Untuk berkunjung ke lokasi ini dari Medan hanya ditempuh 2 jam, akses jalannya dari Binjai sampai ke lokasi mulus dan penuh sensasi dengan pemandangan yang indah. Melalui jalan ini dapat tembus ke Kabupaten Karo ke objek wisata Lau Kawar dan Gunung Sinabung.

Biasanya di Jendela Bamboe yang terdengar bunyi serangga dan nyanyian daun bambu, namun pada tanggal 4 – 5 November 2023 Jendela Bamboe ramai dikunjungi orang, suasana yang tadi hening menjadi meriah dan heboh. Orang yang berkunjung beragam dari pelajar, mahasiswa, masyarakat dan tokoh konservasi Sumatera Utara dan Nasional serta pejabat pemerintah yang ada di Kabupaten Langkat.

Baca Juga: Penting untuk Diketahui, Ini Lima Jenis Makanan yang Sebaiknya Dihindari pada Malam Hari

Ada apa gerangan yang terjadi di Jendela Bamboe?  Banyak masyarakat dan orang melintas bertanya-tanya. Ternyata di lokasi ini digelar peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2023. Hari pengenalan flora dan fauna yang ada di Indonesia khususnya Kawasan Konservasi Jendela Bamboe.

Kegiatan ini memberikan edukasi tentang tumbuhan dan satwa nasional agar tumbuh kesadaran untuk menjaga dan merawatnya sehingga tetap lestari.

“Menjaga flora dan fauna merupakan tanggung jawab kita semua bukan hanya masyarakat di sekitar kawasan hutan saja, juga masyarakat yang ada hilir di sepanjang aliran air sungai” kata Bapak Purnama Ginting seorang tokoh penggiat konservasi owner Jendela Bamboe.

Baca Juga: Kenali Gejala Awal Stroke, Sakit Kepala Jadi Salah Satunya

“Bicara flora dan fauna berarti bicara konservasi, bicara masa depan dan rantai kehidupan yang rusak. Persoalan puspa dan satwa merupakan problem masa depan dan dunia. Apa yang dilakukan hari ini untuk masa depan.” Ujar Bapak Dr.H.M.S Kaban, M.Si Tokoh Konservasi Nasional yang merupakan Menteri Kehutanan RI priode 2004-2009.

Selain itu beliau mengungkapkan bahwa “Semakin langka flora dan fauna berarti semakin mahal dan semakin bahaya kehidupannya”. Kalimat ini memberikan makna mendalam tentang pentingnya menjaga flora dan fauna. Kegiatan ini diakhiri dengan penanam tumbuhan dan pelepasan ikan jurung di Sungai sekitar Dusun Pamah Semelir. Semoga kegiatan ini berkelanjutan dan menyadarkan masyarakat, pelajar dan mahasiswa tentang konservasi hutan dan melestarikan flora dan fauna. ***

Editor : Admin Redaksi
Bagikan:

Arif Fauriyuddin

Penulis sebagai pendidik yang aktif dalam organisasi profesi pendidikan. Menulis menjadi bagian dalam kehidupan untuk berbagi dan memberikan manfaat untuk orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *