Munir merupakan seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) yang sangat gigih dalam menjalankan tugasnya, namun membuat berbagai pihak ketakutan. Sebagai aktivis, tidak membuat Munir disanjung ataupun dipuji terutama oleh Pemerintah Indonesia sendiri, tetapi justru mengalami hal yang mengerikan.
Sudah hampir 19 tahun berlalu, salah satu pahlawan yang berani berdiri tegak menghantam kebatilan, Munir Said Thalib tetap terkenang hingga kini. la adalah aktivis HAM yang tewas saat pergi ke Belanda untuk melanjutkan studi.
Ia tewas dibunuh setelah hasil otopsi menyebutkan bahwa ada racun arsenik di dalam tubuhnya. Itu menandakan saat Munir di dalam pesawat terbang dan masih berada di Wilayah Romania.
Lantas mengapa namanya masih ramai diperbincangkan?
Sebagai aktivis HAM, Munir menangani beberapa kasus terkait HAM diantaranya:
- Pernah menjadi seorang Dewan Kontras (Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kerasan)
- Menjadi penasihat hukum korban dan keluarga korban penghilangan orang secara paksa terhadap 24 aktivis politik dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 hingga 1998
- Menangani kasus Araujo yang dituduh sebagai pemberontak yang melawan Pemerintah Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur pada 1992
- Kasus besar lain yang ditangani Munir adalah pembunuhan aktivis buruh Marsinah yang diduga tewas di tangan aparat keamanan pada 1994
Namun, terdapat satu kasus yang membuat namanya melambung tinggi dan dinilai cukup berani, yaitu membela aktivis yang hilang diduga karena diculik oleh Tim Mawar dari Kopassus TNI AD.
Dari kasus-kasus yang ditangani nya, Munir mengaku mendapat banyak ancaman dari beberapa orang. Sikap pantang mundurnya juga yang membuat pemerintahan orde baru tidak menyukainya.
Sampai saat ini kematiannya pun masih menjadi misteri walaupun pelaku yang terlibat sudah ditahan. Salah satunya Pollycarpus, pilot Pesawat Garuda yang memasukkan racun ke dalam jus jeruk milik Munir. Pollycarpus dinyatakan bersalah karena melakukan pembunuhan berencana, serta pemalsuan dokumen dan dijatuhi hukuman 14 tahun penjara.
Begitu juga dengan Direktur Utama PT Garuda Indonesia saat itu, Indra Setiawan, yang divonis dengan hukuman 1 tahun penjara. Akan tetapi, Indra membantah terlibat dalam konspirasi pembunuhan Munir, yang juga diduga melibatkan Badan Intelijen Negara (BIN). Indra mengaku tidak tahu apakah surat BIN yang diterimanya itu bagian dari rencana pembunuhan atau bukan. Dia hanya memahami bahwa surat tersebut merupakan surat resmi dari lembaga negara yang salah satunya bertugas mencegah ancaman teror.
Yang tertangkap mungkin saja hanya sekedar kaki tangan dari pelaku sesungguhnya, namun kita masih belum tahu siapa dalang dibalik pembunuhan ini. Bahkan, sampai sekarang putusan pengadilan belum ada yang dapat menjelaskannya.