LENSANESIA.COM – Kota Sumedang, Jawa Barat, dikenal sebagai tempat bersejarah yang sarat akan cerita pahlawan dan perjuangan. Salah satu cerita yang masih menggetarkan adalah kisah Pangeran Kornel, atau yang dikenal dengan nama aslinya, Raden Asep Djamu. Sosok ini menjadi simbol perlawanan terhadap kezaliman kolonial Belanda pada masa lalu.
Bila memasuki kota Sumedang, tepatnya saat melintas di jalan raya Cadas Pangeran, pengguna jalan akan bertemu monumen yang menampilkan patung dari dua sosok yang saling bersalaman. Kedua sosok itu punya nama besar dalam sejarah masa Pra kemerdekaan Republik Indonesia.
Sosok bertubuh tinggi besar berpakaian perwira tinggi zaman kolonial itu adalah Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36 yang terkenal bengis, sementara sosok pribumi yang berpakaian kebangsawanan Sunda adalah Pangeran Kornel yang memiliki nama asli dari lahir yaitu, Raden Asep Djamu Bupati Sumedang yang memerintah dari tahun 1791 M – 1828 M dan bergelar Dalem Adipati Soerianagara III atau Pangeran Soeria Koesoemah Dinata IX.
BACA JUGA :
Ekspedisi Purwacarita: Ini yang Didapatkan Peserta Touring Bersejarah Purwakarta-Sumedang
Ditelusuri dari garis Genealogisnya, ternyata Raden Asep Djamu nasab nya tersambung hingga ke Baginda Nabi Besar Muhammad S.A.W., sosok yang dipersepsikan sebagai Manusia Termulia bagi ummat Islam dan disegani oleh ummat non Muslim.
Salah satu indikasinya, Nabi Muhammad S.A.W. mendapat peringkat pertama dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia dalam buku yang berjudul “The 100 : A Ranking of the Most Influential Persons in History” atau dalam bahasa Indonesia berarti 100 Peringkat Orang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.
Fakta menarik tentang buku ini adalah penulisnya seorang Jewish (Yahudi) atau tokoh non muslim yang bernama Michael H. Hart., seorang ilmuwan astrofisikawan Amerika Serikat yang bergelut pada bidang astronomi dan geometri, penulis, sejarawan, peneliti, dan separatis kulit putih/nasionalis kulit putih.
Semasa hidupnya, Michael H. Hart banyak melakukan riset ilmiah tentang tokoh-tokoh besar dunia.
BACA JUGA :
Urang Sunda Harus Tahu: Ini Wejangan dari Raja Anom Sumedang Larang
Raden Asep Djamu/Pangeran Kornel/Pangeran Soeria Koesoemah Dinata IX bernasab ke Prabu Geusan Ulun (Pangeran Koesoemah Dinata II), yaitu sosok yang dinobatkan sebagai Raja Sumedang Larang setelah mendapat sejumlah warisan pusaka peninggalan kerajaan Sunda Padjadjaran, di antaranya Mahkota Binokasih Sang Hyang Pake dan sejak itu berkuasa atas seluruh daerah bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda Padjadjaran (luasnya hampir meliputi wilayah provinsi Jawa Barat pada masa sekarang, terkecuali wilayah wilayah di bawah kesultanan Banten dan kesultanan Cirebon pada saat itu).
Prabu Geusan Ulun merupakan hasil pernikahan dari Pangeran Santri dengan Nyai Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno. Sejak era kepemimpinan Pangeran Santri/Pangeran Koesoemah Dinata I, kerajaan Sumedang Larang bercorak ajaran Islam hingga seterusnya.
Pangeran Santri, yang besar di lingkungan pesantren, berdasarkan garis ayahnya, beliau adalah cicit dari Syekh Datuk Kahfi/Syekh Nurjati (ulama dan salah satu guru dari para Wali), sementara dari garis ibunya, Pangeran Santri adalah cucu dari Sunan Gunung Jati (salah satu Wali Songo).
BACA JUGA :
Touring Bersejarah Purwakarta-Sumedang: Memperkuat Ikatan Sejarah dan Silaturahmi