Purwakarta, LENSANESIA.COM – Secara umum, komunitas bermakna sebuah perkumpulan yang berdasarkan atas ketertarikan atau minat yang sama terhadap sesuatu hal.

Meski pun dalam teknisnya sebuah komunitas dapat mengorganisir kelompoknya, namun ada faktor pembeda dengan kelompok yang terlembaga secara formal atau biasa disebut organisasi/OKP dan sejenisnya, dimana biasanya dalam organisasi yang bersifat formal ada sistem pengkaderan serta hirarki kepengurusan dari tingkat nasional hingga kota/ kabupaten, serta umumnya pihak organisasi tersebut mendaftarkan diri ke Pemerintah Daerah setempat atau dengan kata lain keberadaan mereka tercatat oleh Pemerintah Daerah setempat.

Sementara Komunitas, ia bisa lahir secara mandiri kapan saja di mana saja, berapa pun jumlah anggotanya serta tidak tergantung atau membutuhkan hirarki kepengurusan yang vertikal, tidak memerlukan AD/ART, namun tentunya juga sebuah komunitas dibangun atas semangat kebersamaan.

Di Purwakarta, Jawa Barat keberadaan komunitas dapat teridentifikasi sejak awal Millenium ke-2 (1 Millenium sama dengan 1000 tahun), yaitu pada tahun 2000.

BACA JUGA :
Bangkitkan Kearifan Lokal, Ini yang Dilakukan Pemprov Jabar di Purwakarta

Tentu di Era di bawah tahun 2000 pun perkumpulan masyarakat sangat lah banyak, namun istilah “komunitas” baru populer sejak tahun 2000.

Tercatat mengawali Era Millenium ada komunitas RADIO LAND, sekelompok pemuda yang memiliki minat sama di bidang entertaintment, menyusul di tahun yang sama selang beberapa bulan kemudian muncul komunitas ROCKET STATION yang di inisiasi oleh para aktivis mahasiswa Purwakarta yang tersebar di berbagai kampus di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan luar Jawa Barat.

Salah satu Founder ROCKET STATION sekaligus sebagai Ketua nya, Aa Komara, yang pada saat itu masih aktif sebagai Mahasiswa Universitas Padjadjaran / UNPAD, saat ini dikenal sebagai Founder & Koordinator BELA PURWAKARTA, sebuah wadah silaturahmi dan kordinasi lintas komunitas, organisasi, institusi dan Tokoh Masyarakat, menuturkan historis perjalanan berkomunitas nya.

“Pada awal tahun 2000, merupakan masa Euforia kebebasan berkelompok dan ber-ekspresi, setelah baru saja Era Reformasi di mulai, di mana Kami pada saat itu mayoritas berstatus mahasiswa turut serta aktif dalam gelombang Reformasi di kampus Kami masing masing,” kata Aa Komara kepada Lensanesia.com, Minggu (11/2/2024).

“Lalu ketika jadwal pulang ke Purwakarta, Kami membawa “kegemaran” terhadap musik Underground yang pada saat itu dirasa mewakili spirit kebebasan ber-ekspresi dan pas dengan nuansa Reformasi. Maka, Kami yang berasal dari lintas kampus dan berkolaborasi pula dengan para pemuda dari latar belakang yang beragam, ada anak jalanan, pelajar, bahkan anak putus sekolah, dan elemen pemuda dan remaja lainnya , bersepakat membentuk komunitas ROCKET STATION untuk menyelenggarakan serangkaian event musik Underground di Purwakarta,” tambah Aa Komara.

Pengurus Rocket Station (Foto: Lensanesia.com/dok. Pribadi)

BACA JUGA :
Gedung Karesidenan Purwakarta: Perjalanan Sejarah yang Dikenang dan Dicintai oleh Komunitas Lokal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *